KODE IKLAN DFP 1 Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur | lagu daerah di indonesia

Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Di awal kemerdekaan Indonesia, kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja, kini terdiri atas 3 provinsi (berturut-turut dari barat): Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Setelah pemekaran, Nusa Tenggara Timur ialah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di belahan tenggara Indonesia.

Provinsi ini terdiri dari kurang lebih 550 pulau, tiga pulau utama di Nusa Tenggara Timur ialah Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat (biasa dipanggil Timor).

Provinsi ini menempati belahan barat pulau Timor. Sementara belahan timur pulau tersebut ialah bekas provinsi Indonesia yang ke-27, yaitu Timor Timur yang merdeka menjadi negara Timor Leste pada tahun 2002.

Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) meliputi: Edang / Ti / Harabili, Foy Doa, Foy Pay, Gong, Gong Alor, Gong Dawan, Gong Ngada, Gong Sabu, Gong Sumba Barat, Heo, Kediding (Adiding), Kelontang, Ketadu Mara, Knobe Khabetas, Knobe Oh, Leko Boko / Bijol, Mendut, Nuren, Pitung Ong, Prere, Reba, Sasando, Suling, Sundin Tongkeng, Sowito, Tambur Terompet (Bi), Tatabuang / Leto, Thobo.


Edang / Ti / Harabili

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Edang / Ti / Harabili
Edang / Ti / Harabili ialah alat musik jenis harpa mulut, terbuat dari belahan bambu yang tipis, alat musik ini terbuat dari kayu, dengan ukuran panjang 20,5 cm dan lebar 2 cm. . Bagian tengah belahan terdapat pengecap sebagai sumber bunyi. Pangkal pengecap dipasang tali yang berfungsi untuk menggetarkan belahan pengecap apabila ditarik ke arah kanan. Edang biasa dimainkan oleh para petani ketika waktu senggang ketika di sawah.


Foy Doa

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Foy Doa
Foy Doa ini merupakan alat musik jenis tiup mirip seruling. Alat musik ini juga dibuat dari bambu dengan beberapa lubang di belahan atasnya. Bedanya dengan seruling biasa ialah Foy Doa dianggap seruling ganda alasannya terdiri dari dua seruling atau lebih yang diikat sejajar menjadi satu.

Dahulu alat musik ini merupakan alat musik sindiran yang biasa dimainkan pada pagi hari. Tujuannya, untuk membangunkan makhluk hidup dari tidur. Ketika salah satu rumah membunyikan foi doa, maka akan menyindir rumah-rumah lain, yang penghuninya masih terlelap. Sindiran tersebut bermaksud baik, untuk berlomba bangun di pagi hari.

Sindiran atau dalam bahasa Bajawa menyebut papa neke berupa lagu yang dialunkan melalui bunyi foi doa, sesuai selera. Yang paling penting foi doa dibunyikan. Sumber: floresbangkit.com


 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Foy  Pay
Foy Pay

Foy Pay hampir mirip dengan Foy Doa yang juga merupakan alat musik jenis tiup mirip seruling. Biasanya Foy Pay juga dimainkan bersamaan dengan Foy Doa untuk mengiringi musik-musik tradisional Nusa Tenggara Timur dalam banyak sekali program moral atau untuk program hiburan.

Alat musik tiup dari bambu ini dahulunya berfungsi untuk mengiringi lagu-lagu tandak mirip halnya musik Foy Doa. Dalam perkembangannya waditra ini selalu berpasangan dengan musik Foy Doa. Nada-nada yang diproduksi oleh Foy Pai : do, re, mi, fa, sol.


Gong

Di nusa tenggara Tmur terdapat beberapa nama gong. diantaranya:
  • Gong Sumba Barat (Mamaalu/gong pertama dan Gong Kelompok kedua), 
  • Gong Sabu (Leko yaitu dua buah gong yang mula-mula ditabuh seara bergantian, Didale ae, Didala Iki, dan Gaha yaitu tiga buah gong yang berukuran agak besar (gong bass) yang juga ditabuh secara bergantian, Wo Peibho Abho yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring gong Leko, Wo Paheli yaitu dua buah gong yang ditabuh sebagai pengiring Leko dan We Peibho Abho.), 
  • Gong Alor,  (Kingkang yaitu dua buah gong kecil, Dung-dung/kong-kong yaitu dua buah gong sedang, Posa yaitu tiga buah gong besar.
  • Gong Ngada, Gong Ngada terdiri dari lima buah dan umumnya berukuran kecil (Doa yaitu dua buah gong yang dimainkan seara silih berganti, Dhere yaitu terdiri dari satu gong, Uto-uto yang juga hanya satu gong, Wela yaitu gong yang paling tingi suaranya.
  • Gong Dawan, Gong Dawan yang dimaksudkan di sini ialah dari Amanuban tepatnya di Desa Nusa Timor Tengah Selatan. Gong yang dipakai umumnya berjumlah 6 buah. (Tetun yaitu dua buah gong keil, namun apabila dari kedua gong ini hanya dibunyikan salah satunya maka namnya bermetamorfosis Toluk, Ote' yaitu dua buah gong sedang. Kedua gong ini dibunyikan dengan penuh perasaan, Kbolo' yaitu dua buah gong besar yang dimainkan dengan tidak terlalu cepat.)

Heo

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Heo
Heo merupakan alat musik gesek yang terbuat dari kayu dan penggeseknya terbuat dari ekor kuda yang dirangkai menjadi satu ikatan yang diikat pada kayu penggesek yang berbentuk mirip busur (dalam istilah masyarakat Dawan ini terbuat dari usus kuskus yang telah dikeringkan). Alat ini memiliki 4 dawai, dan masing-masing berjulukan :
  • dawai 1 (paling bawah) Tain Mone, artinya tali laki-laki
  • dawai 2 Tain Ana, artinya tali ana
  • dawai 3 Tain Feto, artinya tali perempuan
  • dawai 4 Tain Enf, artinya tali induk
  • Tali 1 bernada sol, tali 2 bernada re, tali tiga bernada la dan tali 4 bernada do.

Kediding (Adiding)

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Kediding (Adiding)
Kediding ialah Alat musik petik yang berasal dari Alor, terbuat dari bambu.  Di sebelah kanan dan kiri lubang resonansi terdapat masing-masing 3 buah dawai. Alat musik ini sangat terkenal bagi masyarakat Kabupaten Alor yang berprofesi sebagai petani ladang. Mereka memainkan kediding ketika menjaga ladang pada malam hari dan untuk menghilangkan rasa sepi.


Kelontang

Kelontang merupakan alat musik bunyi-bunyian yang terbuat dari tiga belahan kayu lingkaran kering yang panjangnya 30 cm. Ketiga belahan kayu ini diletakkan di atas kaki pemain yang sedang duduk dan kemudian dipikul dengan batangan kayu sebesar jari tengah.

Pada jaman lampau wilayah pulau komodo masih berhutan, alasannya itu masih banyak binatang buas perusak tumbuhan mirip Kera. Untuk mengusir binatang pengganggu tanaman, terciptalah alat musik ini.


Ketadu Mara / Juk

Ketadu Mara ialah alat musik yang terbuat dari kayu dan tali senar. Juk atau ketadu mara merupakan alat musik petik tradisional jenis gitar. Alat musik ini dilengkapi dua utas senar dan belahan puncaknya dibuat ibarat kepala ayam. Juk dimainkan sebagai obat pelipur lara ketika berada di sawah atau sedang menggembala sapi/kerbau di padang rumput.

Permaianan alat musik ini berfungsi sebagai sarana penggoda hati wanita. Selain itu, bunyi petikan juk dipercaya pula sanggup mengajak cecak bernyanyi dan suaranya disenangi makhluk halus. Ketadu mara juga dimainkan sebagai alat musik pengiring tari-tarian daerah.


Knobe Khabetas

Knobe Khabetas merupakan alat musik yang bentuknya  sama dengan busur panah. Masyarakat Dawan peraya bahwa alat musik Knobe Kbetas telah ada semenjak nenek moyang mereka berumah di gua-gua.

Cara memainkannya ialah, salah satu belahan ujung busur ditempelkan di antara bibir atas dan bibir bawah, dan kemudian udara dikeluarkan dari kerongkongan, sementara tali busur dipetik dengan jari. Meripakan kebiasaaan masyarakat dawan di pedesaan apabila pergi berook tanam atau mengembala binatang mereka selalu membawa alat-alat musik mirip Leku, Heo, Knobe Kbetas, Knobe Oh, dan Feku. Sambil mengawasi kebun atau mengawasi hewan-hewan, maka musik dipakai untuk melepas kesepian.

Selain dipakai untuk hiburan pribadi, alat musik ini dipakai juga untuk upacara moral seperti, Napoitan Li'ana (anak umur 40), yaitu bayi yang gres dilahirkan tidak diperkenankan untuk keluar rumah sebelum 40 hari. Untuk menyonsong bayi tersebut keluar rumah sehabis berumur 40 hari, maka diadakan pesta moral (Napoitan Li'ana).


Knobe Oh

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Knobe Oh
Knobe Oh merupakan alat musik yang terbuat dari kilit bambu, dengan ukuran panjang lebih kurang 12,5 cm. ditengah-tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan bambu yang memanjang (semacam lidah) sedemikian halusnya, sehingga sanggup berfungsi sebagai vibrator (penggetar). Apabila pangkal ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terkait dekat pada pangkalujung terseut maka timbul bunyi melalui proses rongga lisan yang berfungsi sebagai resonator.


Leko Boko / Bijol

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Leko Boko / Bijol
Leko Boko / Bijol ialah alat musik petik. terbuat dari labu hutan (wadah resonansi), kayu (bagian untuk merentangkn dawai), dan usus kuskus sebagai dawainya. Jumlah dawai sama dengan Heo yaitu 4, serta nama dawainya pun mirip yang ada pada Heo. Fungsi Leko dalam masyarakat Dawan untuk hiburan pribadi dan juga untuk pesta adat. Alat musik ini selalu berpasangan dengan heo dalam suatu pertunjukan, sehingga dimana ada heo, disitu ada Leko. Dalam penggabungan ini Lelo berperan sebagai pemberi harmoni, sedangkan Heo berperan sebagai pembawa melodi atau adakala sebagai pengisi (Filter). Nyanyian-nyayian pada masyarakat Dawan umumnya berupa improvisasi dengan menuturkan wacana kejadian-kejadian yang telah terjadi pada masa lampau maupun insiden yang sedang terjadi (aktual). Dalam nyanyian ini sering disisipi dengan Koa (semacam musik rap). Koa ada dua macam yaitu, Koa bersyair dan Koa tak bersyair.


Mendut

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Mendut
Mendut Merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang dimainkan dengancara dipetik atau dipukul dengan memakai sepotong kayu yang berukuran kecil. Alat musik yang berasal dari Manggarai ini berupa seruas bambu betung yang berumur 1,5 tahun, panjangnya kira-kira 40 m. Kedua ujung bambu dibiarkan, namun salah satunya dilubangi.

Cara pembuatannya, di tengah bambu dilubangi persegi empat dengan ukuran 5 x 4 m. Disamping kiri kanan lubang masing-masing dicungkil satu kulit bambu yang kemudian diganjal dengan batangan kayu sampai berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan alat musik ini ialah dengan dipetik atau dipukul-pukul dengan kayu kecil.


Nuren

Alat musik ini terdapat di Solor Barat. Orang Talibura di Sikka Timur menyebut alat musik ini dengan nama Sason, apabula disebut seara puitis menjadi Sason Nuren. Secara etimologi Sason berarti jantan, dan Nuren berarti perempuan. Sason Nuren merupakan dua buha suling yang dimainkan oleh seorang sendirian, merupakan sebutan keramat, sakral, kesayangan, alat hiburan.


Pitung Ong

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Pitung Ong
Alat Musik ini berasal dari Alor, terbuat dari kayu dan bambu. Alat musik ini secara lengkap mewakili belahan dari gong orisinil (perunggu). Pitung ong biasanya dimainkan di ladang sebagai ungkapan rasa senang sehabis menuntaskan kegiatan berkebun secara gotong royong, contohnya sehabis tanam dan final panen. permainan alat musik ini juga sering diselingi dengan tarian untuk menambah semarak suasana.


Prere

Prere termasuk alat bunyi-bunyian. Alat musiki Manggarai ini terbuat dari seruas bambu seukuran pensil yang panjangnya kira-kira 15 cm. Buku ruas belahan bawah dibiarkan tertutup, tetapi belahan atasnya dipotong untuk tempat meniup. Buku ruas belahan bawah dibelah untuk menyalurkan udara tiupan lisan dari tabung bambu belahan atas, sekaligus belahan belahan bambu itu untuk melilit daun pandan sehingga ibarat corong terompet yang berfungsi memperbesar suaranya. Alat musik ini selain dipakai untuk hiburan pribadi, juga dipakai untuk mengiringi musik gong gendang pada permainan penak silat rakyat setempat. Nada-nada yang dihasilkan ialah do dan re, sehingga nama alat ini disebut Prere.


Sasando

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sasando
Sasando ialah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan dipetik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Secara harfiah nama Sasando berdasarkan asal katanya dalam bahasa Rote, sasandu, yang artinya alat yang bergetar atau berbunyi. Suara sasando ada miripnya dengan alat musik dawai lainnya mirip gitar, biola, kecapi, dan harpa.

Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada belahan tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas kebawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini menunjukkan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat mirip kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.


Sundin Tongkeng

Sundin Tongkeng ialah alat musik tiup mirip suling. Terbuat dari bambu atau buluh yang panjangnya kira-kira 30 cm. Buku salah satu ujung jari dari ruas bambu dibiarkan. Lubang bunyi berjumlah 6 buah dan bambu berbuku. Sebagian lubang peniup dililitkan searik daun talas. Cara memainkan alat musik ini mirip memainkan flute. Karena posisi meniup yang tegak itu orang Manggarai menyebutnya Tongkeng, sedangkan sunding ialah suling, sehingga alat musik ini disebut dengan nama Sunding Tongkeng. Alat musik ini bisanya dipakai pada waktu malam hari sewaktu menjaga babi hutan di kebun.


Sowito

 kepulauan ini merupakan wilayah Provinsi Sunda Kecil yang beribukota di kota Singaraja Alat Musik Tradisional Provinsi Nusa Tenggara Timur
Sowito
Merupakan seruas bambu yang dicungkil kulitnya berukuran 2 cm yang kemudian diganjal dengan batangan kayu kecil. Cungkilan kulit bambu ini berfungsi sebagai dawai. Cara memainkan dipukul dengan sebatang kayu sebesar jari tangan yang panjangnya kurang dari 30 cm. Sertiap ruas bambu menghasilkn satu nada. Untuk keperluan penggiringan, alat musik ini dibuat beberapa buah sesuai kebutuhan.


Tambur Terompet (Bi)

Tambur Terompet ialah alat musik pukul, terbuat dari kayu, rotan dan kulit binatang. Tambur terompet dibuat dari kayu lai (sejenis kurma hutan) dan kulit rusa. Alat musik ini dimainkan ketika berlangsung upacara moral dan untuk mengiringi lego-legi (tari tradisional) bagi kalangan bangsawan. Konon, tambur mirip ini pertama kali ditemukan oleh Agustinus. benda aslinya kini tersimpan di suku bangsa Alalu, Desa Aramaba, Kecamaan Pantar Tengah.


Thobo

Thobo ialah alat musik tumbuk dari bambu yang berasal Kabupaten Ngada. Seruas Bambu betung yang buku belahan bawahnya dibiarkan, sedangkan belahan atasnya dilubangi. Cara memainkannya ialah dengan cara ditumbuk ke lantai atau tanah (seperti menumbuk padi). Alat musik ini berfungsi sebagai bass dalam mengiringi musik Foy doa.

Berbagai sumber
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2