Jawa Barat yaitu sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di Bandung. Berikut ini daftar Alat Musik Tradisional kawasan Provinsi Jawa Barat (Jabar): Angklung, Arumba, Calung, Celempung, Degung, Jentreng, Kacapi, Karinding, Tarawangsa, Rebab, Suling.
Angklung
Angklung yaitu alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa pecahan barat. Alat musik ini dibentuk dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan tubuh pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, hingga 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung yaitu alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, ibarat pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO semenjak November 2010.
Angklung terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag, Angklung Badeng, Buncis, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel, Angklung Sri-Murni.
Selain itu ada juga Ensemble angklung seperti: Klasik Padaeng, Angklung solo, dan Arumba.
Arumba
Arumba yaitu ensemble musik dari banyak sekali alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat Indonesia, ketika ini menjadi alat musik khas Jawa Barat. Arumba termasuk ensembel berarti termasuk seni musik
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan kawan-kawan membentuk grup band yang secara khusus menambahkan angklung pada jajaran ensemble-nya. Ketika sedang naik truk untuk pentas ke Jakarta, mereka menerima pandangan gres untuk menamai diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Kemudian sekitar tahun 1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup band yang bertekad untuk sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka menggunakan alat musik usang (angklung, calung), dan juga berinovasi menciptakan alat musik gres (gambang, bass lodong). Ensemble ini lalu mereka beri nama Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Sekitar tahun 1969, Grup Musik Arumba juga mengubah nama menjadi Arumba, sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan berjalannya waktu, istilah arumba kesudahannya menempel sebagai ensemble musik bambu asal Jawa Barat.
Susunan Alat Musik
Susunan ensemble gambang yang umum ketika ini adalah:
Calung
Calung yaitu alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung yaitu dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun berdasarkan titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibentuk dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga menempel dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Calung rantay - Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar hingga yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu gugusan dan ada juga yang dua gugusan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibentuk ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, contohnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Calung jinjing - Adapun calung jinjing berbentuk gugusan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, mirip calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya sampaumur ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan asisten menggunakan pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek, dan solorok.
Celempung
Celempung yaitu sebuah waditra (istrumen musik tradisional) jenis alat pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul. Waditra ini berperan mirip kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur irama lagu. Bentuk penyajian waditra 'Celempung' dinamakan 'Celempungan'. Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong buyung.
Pengertian istilah - Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari 'Icikibung', yaitu bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak sikut diatas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas. Permainan ini biasa dimainkan oleh para perempuan (gadis) yang sedang mandi di sungai.
Bunyi dari permainan 'Icikibung' itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang terbuat dari bambu besar (awi gombong) yang disebut 'Celempung'.
Bahan dan Rancang Bangun - Bahan dasar waditra 'Celempung' dibentuk dari materi bambu, untuk yang berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau segi delapan terbuat dari materi kayu. Alat pemukulnya sanggup dibentuk dari materi bambu atau kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis semoga menghasilkan bunyi nyaring, bila dipukulkan pada celempung.
Bagian-bagian celempung:
Degung
Degung yaitu sekumpulan alat musik yang dimainkan oleh masyarakat Sunda.
Ada dua pengertian wacana istilah degung, degung sebagai nama perangkat gamelan
dan degung sebagai nama laras pecahan dari laras salendro ( berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata).
Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 – (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).
Jentreng
Jentreng yaitu homogen alat musik kecapi dengan jumlah dawai tujuh buah. Ukurannya jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan kacapi pada umumnya. Terbuat dari kayu kembang (kenanga) atau kayu nangka. Teknik memainkannya dipetik dan di-toel (disentuh) dengan jari kiri-kanan. Telunjuk, jari tengah, dan ibu jari asisten untuk memetik nada-nada tinggi, sedangkan telunjuk tangan kiri untuk menyentuh nada-nada rendah (bagian atas dari instrumen).
Menurut sistem pembagian terstruktur mengenai Curt Sachs dan Hornbostel, Jentreng diklasifikasikan sebagai Chordophone, sub pembagian terstruktur mengenai zither. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, jentreng diklasifikasi sebagai alat petik. Dalam ensambel, jentreng berfungsi sebagai pengiring (mengiringi lagu). www.disparbud.jabarprov.go.id
Kacapi
Kacapi (kecapi) termasuk jenis waditra alat petik, lantaran bunyi bunyi yang dihasilkan dengan cara dipetik. Dalam istilah musik Sunda, tekhnik dasar petikan kacapi dikenal mempunyai cara khas mirip : ditoel, disintreuk, dan digemyang (diranggeum)
Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling. Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tumbuhan sentul (Sentul yaitu sebuah nama dalam bahasa Sunda untuk flora dan buah kecapi), yang dipercaya kayunya dipakai untuk menciptakan alat musik kacapi.
Karinding
Karinding merupakan salah satu alat musik getar (mouth harp) tradisional Sunda yang terbuat dari banbu atau kayu.
Cara Memainkan - Karinding disimpan di bibir, terus tepuk pecahan pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karinding biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 hingga 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di kawasan Ciawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).
Secara konvensional berdasarkan penuturan Abah Olot nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
Fungsi - Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari goresan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang keluar biasanya terdengar mirip bunyi wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain. Yang zaman kini dikenal dengan istilah ultrasonik. Biar betah di sawah, cara membunyikannya menggunakan lisan sehingga resonansina menjadi musik. Sekarang karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya.
Tarawangsa
Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri mempunyai dua pengertian: (1) alat musik gesek yang mempunyai dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan (2) nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
Sejarah - Tarawangsa lebih bau tanah keberadaannya daripada rebab, alat gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal periode ke-18 telah menyebut nama tarawangsa sebagai nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa sesudah zaman Islam sekitar periode ke-15—16, merupakan pembiasaan dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), lantaran ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab.
Rebab
Rebab yaitu waditra (alat musik) jenis gesek, lantaran bunyi yang dihasilkan waditra ini bersumber dari kawat yang dimainkan dengan cara digesek. Waditra ini hampir sama dengan tarawangsa, perbedaannya terletak pada bentuk dan cara memakainya.
Pengertian Istilah - Rebab berasal dari kata Rabab (bahasa Persia) yang artinya sedih. Pengertian ini sesuai dengan jenis lagu-lagu pada rebab, yang sering membawakan lagu-lagu " ngalengis ", yaitu lagu-lagu yang sangat menyayat hati (sedih). Diantara waditra-waditra Sunda, alat gesek Rebab merupakan waditra uang paling sempurna menghantarkan lagu-lagu yang bersuansana sedih.
Rebab biasa disebut Lengek. Lengek yaitu alat gesek/keset. Orang yang sedang menyajikan Rebab biasa disebut " ngalengek". Kaprikornus ngalenggek sama dengan ngarebab/merebab.
Bahan dan Rancang Bangun
Suling
Suling yaitu alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan sanggup dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.
Ada Beberapa Jenis Suling Sunda, Mulai Suling Yang Memiliki Lubang Enam, Empat, Lima Dan Suling Gaya Baru Yaitu Suling Lubang Delapan Dan Lubang Tujuh, Jenis Yang Terakhir Ini Merupakan Pengembangan Dari Suling Lubang Enam. Namun Secara Umum Suling Sunda Hanya Terdapat Tiga Jenis Yaitu: Suling Lubang Enam, Lima Dan Empat, Jenis Dan Fungsinya Secara Umum Dapat Kita Bedakan Secara Singkat Seperti Dibawah Ini :
Suling Sunda Lubang Enam –Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Dan Kawih Namun Lebih Dominannya Pada Tembang, Fungsinya Adalah Sebagai Nada Dasar Pesinden Dalam Bernyanyi, Membawakan Melodi Dan Melilit Melodi, Ornamentasi Yang Dimainkan Suling Pasti Sama Dengan Sinden, Sementara Laras Yang Digunakan Adalah: Laras Pelog, Pelog Degung, Madenda Dan Kadang Salendro Tapi Untuk Laras Yang Satu Ini Jarang Digunakan Oleh Suling Ini.
Suling Lubang Lima - Suling Ini Adalah Jenis Suling Yang Digunakan Pada Jenis Kesenian Tarawangsa Suatu Kesenian Ritual Di Daerah Sumedang, Akan Tetapi Jenis Suling Ini Di Daerah Tasikmalaya Pun Sering Digunakan, Yaitu Di Daerah Cibalong.
Suling Lubang Empat - Secara Laras Suling Ini dibagi Menjadi: Suling Lubang Empat Laras Degung, Suling Lubang Empat Laras Salendro, Suling Lubang Empat Laras Nyorog/Madenda, dan Suling Lubang Empat Laras Sorog, Bagian Dari Laras Pelog.
Suling Lubang Empat Ini Biasanya Hanya Difungsikan Untuk Sajian Musik Instrumentalia Dan Tidak Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Atau Kawih.
KODE IKLAN 300x 250
Angklung
Angklung yaitu alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa pecahan barat. Alat musik ini dibentuk dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan tubuh pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, hingga 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung yaitu alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, ibarat pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO semenjak November 2010.
Angklung terdiri dari beberapa jenis, yaitu: Angklung Kanekes, Angklung Reyog, Angklung Banyuwangi, Angklung Bali, Angklung Dogdog Lojor, Angklung Gubrag, Angklung Badeng, Buncis, Angklung Padaeng, Angklung Sarinande, Angklung Toel, Angklung Sri-Murni.
Selain itu ada juga Ensemble angklung seperti: Klasik Padaeng, Angklung solo, dan Arumba.
Arumba
Arumba yaitu ensemble musik dari banyak sekali alat musik yang terbuat dari bambu. Arumba lahir sekitar tahun 1960-an di Jawa Barat Indonesia, ketika ini menjadi alat musik khas Jawa Barat. Arumba termasuk ensembel berarti termasuk seni musik
Konon pada tahun 1964, Yoes Roesadi dan kawan-kawan membentuk grup band yang secara khusus menambahkan angklung pada jajaran ensemble-nya. Ketika sedang naik truk untuk pentas ke Jakarta, mereka menerima pandangan gres untuk menamai diri sebagai grup Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Kemudian sekitar tahun 1968, Muhamad Burhan di Cirebon membentuk grup band yang bertekad untuk sepenuhnya memainkan alat musik bambu. Mereka menggunakan alat musik usang (angklung, calung), dan juga berinovasi menciptakan alat musik gres (gambang, bass lodong). Ensemble ini lalu mereka beri nama Arumba (Alunan Rumpun Bambu).
Sekitar tahun 1969, Grup Musik Arumba juga mengubah nama menjadi Arumba, sehingga timbul sedikit perselisihan istilah arumba tersebut. Dengan berjalannya waktu, istilah arumba kesudahannya menempel sebagai ensemble musik bambu asal Jawa Barat.
Susunan Alat Musik
Susunan ensemble gambang yang umum ketika ini adalah:
- Angklung solo: yaitu satu set angklung (biasanya 31 buah) yang tergantung pada palang. Angklung ini dimainkan oleh satu orang saja, sehingga pada satu saat, hanya dua angklung yang sanggup digetarkan.
- Gambang Melodi: yaitu gambang yang membunyikan melodi lagu (saling mengisi bunyi dengan angklung), dimainkan oleh satu orang dengan dua pemukul.
- Gambang pengiring: yaitu gambang yang bertugas menghasilkan bunyi akord. Gambang ini dimainkan oleh seorang pemain dengan 4 pemukul.
- Bass lodong: terdiri atas beberapa tabung bambu besar yang dipukul untuk memberi nuansa nada rendah.
- Gendang : yaitu alat musik pukul yang dipakai sebagai pembawa irama.
Calung
Calung yaitu alat musik Sunda yang merupakan prototipe (purwarupa) dari angklung. Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara menabuh calung yaitu dengan memukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung bambu) yang tersusun berdasarkan titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung (bambu hitam), namun ada pula yang dibentuk dari awi temen (bambu yang berwarna putih).
Pengertian calung selain sebagai alat musik juga menempel dengan sebutan seni pertunjukan. Ada dua bentuk calung Sunda yang dikenal, yakni calung rantay dan calung jinjing.
Calung rantay - Calung rantay bilah tabungnya dideretkan dengan tali kulit waru (lulub) dari yang terbesar hingga yang terkecil, jumlahnya 7 wilahan (7 ruas bambu) atau lebih. Komposisi alatnya ada yang satu gugusan dan ada juga yang dua gugusan (calung indung dan calung anak/calung rincik). Cara memainkan calung rantay dipukul dengan dua tangan sambil duduk bersilah, biasanya calung tersebut diikat di pohon atau bilik rumah (calung rantay Banjaran-Bandung), ada juga yang dibentuk ancak "dudukan" khusus dari bambu/kayu, contohnya calung tarawangsa di Cibalong dan Cipatujah, Tasikmalaya, calung rantay di Banjaran dan Kanekes/Baduy.
Calung jinjing - Adapun calung jinjing berbentuk gugusan bambu bernada yang disatukan dengan sebilah kecil bambu (paniir). Calung jinjing terdiri atas empat atau lima buah, mirip calung kingking (terdiri dari 12 tabung bambu), calung panepas (5 /3 dan 2 tabung bambu), calung jongjrong(5 /3 dan 2 tabung bambu), dan calung gonggong (2 tabung bambu). Kelengkapan calung dalam perkembangannya sampaumur ini ada yang hanya menggunakan calung kingking satu buah, panempas dua buah dan calung gonggong satu buah, tanpa menggunakan calung jongjrong Cara memainkannya dipukul dengan asisten menggunakan pemukul, dan tangan kiri menjinjing/memegang alat musik tersebut. Sedangkan teknik menabuhnya antar lain dimelodi, dikeleter, dikemprang, dikempyung, diraeh, dirincik, dirangkep (diracek), salancar, kotrek, dan solorok.
Celempung
Celempung yaitu sebuah waditra (istrumen musik tradisional) jenis alat pukul ini terbuat dari bambu, dimainkan dengan cara dipukul oleh alat bantu pemukul. Waditra ini berperan mirip kendang (gendang), yaitu sebagai pengatur irama lagu. Bentuk penyajian waditra 'Celempung' dinamakan 'Celempungan'. Pertunjukan dilengkapi waditra kacapi, rebab atau suling dan sebuah goong buyung.
Pengertian istilah - Celempungan merupakan alat bunyi yang diadopsi dari 'Icikibung', yaitu bunyi sebuah permainan tradisional berupa pukulan telapak tangan dan gerak sikut diatas permukaan air, sehingga menimbulkan bunyi-bunyi yang khas. Permainan ini biasa dimainkan oleh para perempuan (gadis) yang sedang mandi di sungai.
Bunyi dari permainan 'Icikibung' itu ditiru dan dipindahkan menjadi waditra yang terbuat dari bambu besar (awi gombong) yang disebut 'Celempung'.
Bahan dan Rancang Bangun - Bahan dasar waditra 'Celempung' dibentuk dari materi bambu, untuk yang berbentuk bulat. Sedang untuk yang berbentuk segi enam atau segi delapan terbuat dari materi kayu. Alat pemukulnya sanggup dibentuk dari materi bambu atau kayu yang ujungnya dibalut dengan kain atau benda tipis semoga menghasilkan bunyi nyaring, bila dipukulkan pada celempung.
Bagian-bagian celempung:
- 'Sirah' epilog pinggir sebelah kiri
- 'Pongpok', epilog sebelah kanan, dua utas sembilu berfungsi sebagai senar
- 'Talingkup' penghubung kedua utas sembilu
- 'Nawa' sebagai lubang suara
- 'Baham' sebagai tempat pengolah suara.
Degung
Degung yaitu sekumpulan alat musik yang dimainkan oleh masyarakat Sunda.
Ada dua pengertian wacana istilah degung, degung sebagai nama perangkat gamelan
dan degung sebagai nama laras pecahan dari laras salendro ( berdasarkan teori Raden Machjar Angga Koesoemadinata).
Degung sebagai unit gamelan dan degung sebagai laras memang sangat lain. Dalam teori tersebut, laras degung terdiri dari degung dwiswara (tumbuk: (mi) 2 – (la) 5) dan degung triswara: 1 (da), 3 (na), dan 4 (ti).
Jentreng
(http://tikarmedia.or.id/picture/) |
Menurut sistem pembagian terstruktur mengenai Curt Sachs dan Hornbostel, Jentreng diklasifikasikan sebagai Chordophone, sub pembagian terstruktur mengenai zither. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, jentreng diklasifikasi sebagai alat petik. Dalam ensambel, jentreng berfungsi sebagai pengiring (mengiringi lagu). www.disparbud.jabarprov.go.id
Kacapi
Kacapi (kecapi) termasuk jenis waditra alat petik, lantaran bunyi bunyi yang dihasilkan dengan cara dipetik. Dalam istilah musik Sunda, tekhnik dasar petikan kacapi dikenal mempunyai cara khas mirip : ditoel, disintreuk, dan digemyang (diranggeum)
Kacapi merupakan alat musik Sunda yang dimainkan sebagai alat musik utama dalam Tembang Sunda atau Mamaos Cianjuran dan kacapi suling. Kata kacapi dalam bahasa Sunda juga merujuk kepada tumbuhan sentul (Sentul yaitu sebuah nama dalam bahasa Sunda untuk flora dan buah kecapi), yang dipercaya kayunya dipakai untuk menciptakan alat musik kacapi.
Karinding
Karinding merupakan salah satu alat musik getar (mouth harp) tradisional Sunda yang terbuat dari banbu atau kayu.
Cara Memainkan - Karinding disimpan di bibir, terus tepuk pecahan pemukulnya biar tercipta resonansi suara. Karinding biasanya dimainkan secara solo atau grup (2 hingga 5 orang). Seroang diantaranya disebut pengatur nada atau pengatur ritem. Di kawasan Ciawi, dulunya karinding dimainkan bersamaan takokak (alat musik bentuknya mirip daun).
Secara konvensional berdasarkan penuturan Abah Olot nada atau pirigan dalam memainkan karinding ada 4 jenis, yaitu: tonggeret, gogondangan, rereogan, dan iring-iringan.
Fungsi - Karinding yaitu alat buat mengusir hama di sawah. Suara yang dihasilkan dari getaran jarum karinding biasanya bersuara rendah low decible. Suaranya dihasilkan dari goresan pegangan karinding dan ujung jari yang ditepuk-tepakkan. Suara yang keluar biasanya terdengar mirip bunyi wereng, belalang, jangkrik, burung, dan lain-lain. Yang zaman kini dikenal dengan istilah ultrasonik. Biar betah di sawah, cara membunyikannya menggunakan lisan sehingga resonansina menjadi musik. Sekarang karinding biasa digabungkan dengan alat musik lainnya.
Tarawangsa
Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri mempunyai dua pengertian: (1) alat musik gesek yang mempunyai dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan (2) nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
Sejarah - Tarawangsa lebih bau tanah keberadaannya daripada rebab, alat gesek yang lain. Naskah kuno Sewaka Darma dari awal periode ke-18 telah menyebut nama tarawangsa sebagai nama alat musik. Rebab muncul di tanah Jawa sesudah zaman Islam sekitar periode ke-15—16, merupakan pembiasaan dari alat gesek bangsa Arab yang dibawa oleh para penyebar Islam dari tanah Arab dan India. Setelah kemunculan rebab, tarawangsa biasa pula disebut dengan nama rebab jangkung (rebab tinggi), lantaran ukuran tarawangsa umumnya lebih tinggi daripada rebab.
Rebab
Rebab yaitu waditra (alat musik) jenis gesek, lantaran bunyi yang dihasilkan waditra ini bersumber dari kawat yang dimainkan dengan cara digesek. Waditra ini hampir sama dengan tarawangsa, perbedaannya terletak pada bentuk dan cara memakainya.
Pengertian Istilah - Rebab berasal dari kata Rabab (bahasa Persia) yang artinya sedih. Pengertian ini sesuai dengan jenis lagu-lagu pada rebab, yang sering membawakan lagu-lagu " ngalengis ", yaitu lagu-lagu yang sangat menyayat hati (sedih). Diantara waditra-waditra Sunda, alat gesek Rebab merupakan waditra uang paling sempurna menghantarkan lagu-lagu yang bersuansana sedih.
Rebab biasa disebut Lengek. Lengek yaitu alat gesek/keset. Orang yang sedang menyajikan Rebab biasa disebut " ngalengek". Kaprikornus ngalenggek sama dengan ngarebab/merebab.
Bahan dan Rancang Bangun
- Waditra Rebab dibentuk dari bahan: kayu,kawat dan kulit, dengan materi aksesori kain dan pelitur.
- Terbuat dari materi kayu jeruk. Bagian lainnya mirip : wangkis terbuat dari materi kayu nangka, Tumpang sari dari materi Kayu jati, dari bulu ekor kuda putih, Dampit dari materi karet atau benda yang empuk dan sisir dari materi tanduk atau tulang binatang.
Suling
Suling yaitu alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu atau terbuat dari bambu. Suara suling berciri lembut dan sanggup dipadukan dengan alat musik lainnya dengan baik.
Ada Beberapa Jenis Suling Sunda, Mulai Suling Yang Memiliki Lubang Enam, Empat, Lima Dan Suling Gaya Baru Yaitu Suling Lubang Delapan Dan Lubang Tujuh, Jenis Yang Terakhir Ini Merupakan Pengembangan Dari Suling Lubang Enam. Namun Secara Umum Suling Sunda Hanya Terdapat Tiga Jenis Yaitu: Suling Lubang Enam, Lima Dan Empat, Jenis Dan Fungsinya Secara Umum Dapat Kita Bedakan Secara Singkat Seperti Dibawah Ini :
Suling Sunda Lubang Enam –Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Dan Kawih Namun Lebih Dominannya Pada Tembang, Fungsinya Adalah Sebagai Nada Dasar Pesinden Dalam Bernyanyi, Membawakan Melodi Dan Melilit Melodi, Ornamentasi Yang Dimainkan Suling Pasti Sama Dengan Sinden, Sementara Laras Yang Digunakan Adalah: Laras Pelog, Pelog Degung, Madenda Dan Kadang Salendro Tapi Untuk Laras Yang Satu Ini Jarang Digunakan Oleh Suling Ini.
Suling Lubang Lima - Suling Ini Adalah Jenis Suling Yang Digunakan Pada Jenis Kesenian Tarawangsa Suatu Kesenian Ritual Di Daerah Sumedang, Akan Tetapi Jenis Suling Ini Di Daerah Tasikmalaya Pun Sering Digunakan, Yaitu Di Daerah Cibalong.
Suling Lubang Empat - Secara Laras Suling Ini dibagi Menjadi: Suling Lubang Empat Laras Degung, Suling Lubang Empat Laras Salendro, Suling Lubang Empat Laras Nyorog/Madenda, dan Suling Lubang Empat Laras Sorog, Bagian Dari Laras Pelog.
Suling Lubang Empat Ini Biasanya Hanya Difungsikan Untuk Sajian Musik Instrumentalia Dan Tidak Digunakan Untuk Mengiringi Tembang Atau Kawih.
Berbagai Sumber