KODE IKLAN DFP 1 Peninggalan Sejarah Provinsi Riau | lagu daerah di indonesia

Peninggalan Sejarah Provinsi Riau

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Riau (Jawi: رياو) ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di cuilan tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga mencakup Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau ialah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selatpanjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang, Tembilahan, dan Rengat.


Mesjid Raya Pekanbaru

 ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera Peninggalan Sejarah Provinsi Riau
Masjid Raya Pekanbaru merupakan mesjid tertua di Pekanbaru yang dibangun pada periode ke 18 tepatnya 1762. Mesjid yang terletak di Jalan Senapelan, Kp. Bandar, Kec. Senapelan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau ini mempunyai arsitektur tradisional. Mesjid yang juga merupakan bukti Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan) yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-4 dan diteruskan pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan Siak ke-5.

Sejarah berdirinya Mesjid Raya Pekanbaru dikisahkan ketika di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan dan menimbulkan Senapelan (sekarang Pekanbaru) sebagai Pusat Kerajaan Siak. Sudah menjadi budpekerti Raja Melayu ketika itu, pemindahan sentra kerajaan harus diikuti dengan pembangunan "Istana Raja", "Balai Kerapatan Adat", dan "Mesjid". Ketiga unsur tersebut wajib dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, budpekerti dan ulama (agama) yang biasa disebut "Tali Berpilin Tiga" atau "Tungku Tiga Sejarangan".

Di areal mesjid terdapat sebuah sumur yang mempunyai nilai magis, sering wisatawan mancanegara terutama wisatawan Malaysia mandi air sumur ini untuk membayar niat atau nazar yang dihajadkan sebelumnya.


Makam Mahrum Bukit Dan Mahrum Pekan

Makam Sultan Marhum Bukit dan makam Marhum Pekan beserta pada keluarganya terletak dalam areal Mesjid Raya Pekanbaru, mengunjungi Makam berarti kita telah mengunjungi makam pendiri kota Pekanbaru.

Marhum Bukit ialah Sultan Siak IV (Sultan Abdul Jalil Jalaludin Syah) yang memerintah pada tahun 1766-1780 naik tahta menggantikan Sultan Abdul Jalil Jalaludin Syah. Beliau populer sebagai seorang Sultan yang alim dan taat. Salah seorang puterinya Tengku Embung Badariah dikawinkan dengan seorang Bangsawan Arab keturunan Nabi Muhammad yang berjulukan Sayed Syarif Osman ibnu Syarif Abdul Rakhman Syahabuddin.

Marhum Bukit sekitar tahun 1775 memindahkan ibukota kerajaannya dari Mempura Siak ke Senapelan dan Beliau mangkat tahun 1780. Sedangkan Marhum Pekan ialah Sultan V dari kerajaan Siak Sri Indrapura bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah yang memerintah pada tahun 1780-1782. Marhum Pekan naik tahta kerajaan menggantikan ayahanda Sultan Abdul Jalil Alamudin Syah.

Marhum Pekan populer dengan keperkasaannya terutama dalam peperangan melawan Belanda di Pulau Guntung dan dia pulalah pendiri dan pembesar kota Pekanbaru. Diadakannya PEKAN (pasar) pada waktu-waktu tertentu merupakan awal berkembangnya kota Pekanbaru hingga kini ini, dan atas jasa-jasanya sehabis mangkat dia gelari Marhum Pekan serta dimakamkan bersama ayahanda, adinda dan iparnya di komplek Mesjid Raya ini.


Balai Adat Riau

 ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera Peninggalan Sejarah Provinsi Riau
Balai budpekerti Riau ialah sebuah gedung yang terletak di Jalan Pangeran Diponegoro Pekanbaru, dibangun dan dihiasi dengan bermacam bentuk gesekan dan motif tenunan. Balai budpekerti ini dibangun untuk aneka macam kegiatan yang berkaitan dengan budpekerti Resam Melayu Riau, dan kini sering pula dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan.

Terletak di sentra Kota Pekanbaru, tepatnya di Jalan Diponegoro no 39, bersebelahan dengan GOR Tribuana. Gedung Balai Adat Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau yang mengusung arsitektur khas Melayu ini merupakan salah satu gedung yang didirikan untuk mewadahi dan membina pelestarian Budaya Melayu Di Riau. Lembaga Adat Melayu Riau berdiri pada tanggal 6 Juni 1970.

Bangunan Rumah Balai Adat Riau ini terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan oleh organisasi kemasyarakatan yakni Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Sedangkan di lantai dua sebagai tempat pertemuan.

Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Bangunan terdiri dari dua tantai, di cuilan lantai atas terpampang dengan terang beberapa ungkapan budpekerti dan fasal-fasal Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji. Di kiri kanan masuk ruang pintu utama dengan terang sanggup kita baca fasal pertama, kedua, ketiga dan keempat dari Gurindam Dua Belas tersebut. Sedangkan pasal kelima, keenam-ketujuh, kedelapan, kesembilan, kesepuluh, kesebelas dan kedua belas terdapat di cuilan dinding sebelah dalam dari ruang utama.


Bukit Batu, Bekas Tapak Kaki Manusia

Bukit Batu populer lantaran Lancang Kuning dan Legenda Datuk Laksemana Raja di Laut, disini terdapat bekas tapak kaki insan di atas kerikil dengan ukuran luar biasa besarnya, dan dilengkapi dengan keindahan alam yang sangat menarik sebagai objek wisata budaya peninggatan sejarah dan wisata alam.

Desa Bukit Batu juga mempunyai peninggalan sejarah lainnya ibarat rumah peninggalan Datuk Laksemana, Meriam dan rumah-rumah yang bercirikan Khas Melayu.  Tempat ini berlokasi di sungai Pakning, Kabupaten Bengkalis.


Komplek Istana Kerajaan Siak

 ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera Peninggalan Sejarah Provinsi Riau
Istana Siak Sri Inderapura atau Istana Asserayah Hasyimiah atau Istana Matahari Timur merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang mulai dibangun pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Istana ini merupakan peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura yang selesai dibangun pada tahun 1893. Kini istana ini masuk wilayah manajemen pemerintahan Kabupaten Siak.

Kompleks istana ini mempunyai luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri dari 4 istana yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Istana Siak sendiri mempunyai luas 1.000 meter persegi.

Kerajaan Siak Sri Indrapura ialah sebuah kerajaan Melayu Islam yang terbesar di Daerah Riau, mencapai masa jayanya pada periode ke 16 hingga periode ke 20, dalam silsilah Sultan-sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun 1725 ada 12 sultan yang pernah bertahta. Lokasi berada di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis.


Makam Marhum Buantan

Makam Marhum Buantan terletak di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis. Marhum Buantan  adalah pendiri kerajaan dan Sultan Siak I yang bergelar Abdul Jalil Rakhmad Syah Yang Dipertuan Muda Raja Kecil.

Sultan Abdul Jalil Syah atau Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I, dikenal juga dengan panggilan Raja Kecik atau Raja Kecil dari Pagaruyung, merupakan saudara dari Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Indermasyah, kemudian mendirikan Kesultanan Siak Sri Inderapura.

Marhum Buantan (mangkat tahun 1746) ialah pendiri kerajaan dan Sultan Siak I yang bergelar Abdul Jalil Rakhmad Syah Yang Dipertuan Muda Raja Kecil, memerintah dari tahun 1725 hingga tahun 1746. Beliau ialah orang yang menyusun tata pemerintahan dan tata budpekerti berdasarkan dasar tata kerajaan Melayu ibarat : Lambang kerajaan yang terdiri dari sebuah payung, sembilan keris panjang, sembilan pedang dan sebatang tombak dengan warna kuning. Disamping lambang kerajaan. Orang Besar kerajaan yang diangkat untuk mendampingi Sultan dalam melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari merupakan Kepala Persukuan bergelar Datuk. Demikian pula halnya Balai Penghadapan, pemakaian gelar dan upacara kerajaan telah diletakkannya sebagai dasar tata kerajaan Melayu.

Selain itu, Marhum Buantan menimbulkan agama Islam sebagai agama kerajaan dan seluruh tata budpekerti diatur berdasarkan aturan Syarak. Marhum mempunyai tiga orang putera, masing-masing : Tengku Alam, Tengku Tengah dan Tengku Buang Asmara, bergelar Tengku Mahkota.

Marhum Buantan (Raja Kecil) memerintah selama kurang lebih 21 tahun telah menempatkan kerajaannya sebagai dasar dari sebuah kerajaan besar yang telah berkembang di bawah pemerintahan keturunannya.

Sultan Abdul Jalil Syah mangkat pada tahun 1746 dan dimakamkan di Buantan kemudian digelari dengan Marhum Buantan. Kemudian kedudukannya digantikan oleh putranya, yang berjulukan Sultan Mahmud.


Mesjid Kerajaan Siak Sri Indrapura (Mesjid Syahabuddin)

 ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera Peninggalan Sejarah Provinsi Riau
Masjid Syahabudin yang pertama terletak di Jalan Syarif Kasim dibangun tahun 1302 Hijriah bertepatan dengan tahun 1882 Miladiah, berdekatan dengan istana kesultanan. Bangunan fisiknya terbuat dari kayu, di dalamnya terdapat mimbar yang berukir dari Jepang. Kemudian masjid Syahabudin dipindahkan secara permanen pembangunannya ke Jalan Sultan Ismail di tepi Sungai Siak, berjarak lebih kurang 300 M dari istana As Seraya Hasniliyah Siak.

Masjid Syahabudin didirikan oleh Sultan yang ke-12 berjulukan Sultan Assayyidis Syarif Kasim Abdul Jalil Syaefudin (Sultan Syarif Qasim II), dimulai pada tahun 1927 dan selesai dibangun pada tahun 1935. Dana pembangunan masjid tersebut berasal dari dana kerajaan dan partisipasi masyarakat Siak. Dalam pelaksanaan pembangunan masjid, untuk menimbun tanah khususnya pondasi masjid dilakukan secara gotong-royong oleh kaum ibu pada malam hari, mengingat masa itu masih berlaku Adat Pingitan bagi kaum perempuan (pada masa Pemerintahan Sultan Syarif Qasim II).

Mesjid ini arsitekturnya agak unik dan terletak hanya beberapa ratus meter dari Istana Kerajaan, dipinggiran sungal Siak. mesjid ini berlokasi di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis.


Makam Keluaga Raja

Kerajaan Siak Sri Indrapura yang diperintah oleh 12 sultan tentunya mempunyai banyak keluarga. Diantara Sultan dan keluarganya yang meninggal dunia ada yang dimakamkan di Siak, ibarat Marhum Sultan Syarif Hasyim di Kota Tinggi, disebelah kanan mesjid kerajaan juga terdapat makam Sultan Syarif Kasyim dan para keluarga sultan lainnya. Makam Keluaga Raja beralamat di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis.


Balai Kerapatan Tinggi

 ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera Peninggalan Sejarah Provinsi Riau
Balai Kerapatan Tinggi Kerajaan Siak ini dibangun dipinggir sungai Siak bersamaan dengan pembangunan Istana Kerajaan pada masa pemerintahan Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin, dalam tahun 1889. Bangunan ini dahulunya sering dipergunakan untuk tempat bermusyawarah, persidangan serta pengadilan.

Mengunjungi Istana Siak tentu tak terlewatkan pula mengunjungi Balai Kerapatan Tinggi yang penuh sejarah ini, letaknya tak berjauhan dengan Mesjid Istana Hassirayatul Hasyimiah. Balai Kerapatan Tinggi berlokasi di Kecamatan Siak Sri Indrapura, Kabupaten Bengkalis.



Masjid Jamik Air Tiris

Sumber]

 ialah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di cuilan tengah pulau Sumatera Peninggalan Sejarah Provinsi Riau
Prasasti Pasir Panjang
Prasasti Pasir Panjang merupakan peninggalan bersejarah berupa kerikil tertulis. Tulisan yang terdapat pada kerikil ini terdiri dari tiga baris. Tulisan yang tertera merupakan huruf nagari dan berbahasa Sansekerta yang berbunyi “Mahayunika Galagantricacri”. Dari goresan pena yang terdapat pada kerikil ini para jago menyimpulkan bahwa goresan pena itu mengandung arti “Pemujaan  kepada Sang Budha melalui Tapak KakiNya”. Prasasti ini dipercaya berasal dari periode IX-X Masehi. Sementara itu ada juga yang beropini berasal dari periode ke XI dan XII.

Prasasti Pasir Panjang terletak di lereng bukit kerikil granit di wilayah Desa Pasir Panjang. Prasasti ini ramai dikunjungi oleh turis dalam dan luar negeri. Bahkan banyak para peneliti yang mempelajarinya. Di samping itu prasasti tersebut dianggap tempat keramat bagi umat Budha sehingga ramai orang Tionghoa yang tiba berziarah guna keselamatan dan meminta berkah. Prasasti ini merupakan potensi wisata yang sudah dikembangkan dan dikelola oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Karimun.


Makam Engku Putri

Makam Engku Putri Permaisuri Sultan Mahmud ini terletak di pulau Penyengat Indra Sakti, Kecamatan Tanjungpinang Barat, Kabupaten Kepulauan Riau. Engku Putri ialah milik pulau Penyengat, lantaran pulau ini dihadiahkan suaminya Sultan Mahmud Syah sebagai mas kawinnya sekitar tahun 1801-1802. Selain itu Engku Putri ialah pemegang regalia kerajaan Riau.

Bangunan makam terbuat dari beton, dikelilingi oleh pagar tembok pada tempat yang ketinggian. Dahulu atap bangunan makam dibentuk bertingkat-tingkat dengan hiasan yang indah.

Di kompleks ini terdapat pula makam tokoh-tokoh terkemuka kerajaan Riau, ibarat makam Raja Haji Abdullah (Marhum Mursyid)

Yang Dipertuan Muda Riau IX, makam raja Ali Haji, pujangga Riau yang populer "Gurindam Dua Belas", makam Raja Haji Abdullah, makam Mahkamah Syariah kerajaan Riau-Lingga, makam Tengku Aisyah Putri - Yang Dipertuan Muda Riau IX, dan kerabat-kerabat Engku Putri yang lain.

Sejarah Riau mencatat bahwa Engku Putri (Raja Hamidah) ialah putri Raja Syahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang - Yang Dipertuan Muda Riau IV - yang termashur sebagai jagoan Riau dalam menentang penjajahan Belanda. Sebagai putri tokoh ternama, Engku Putri besar peranannya dalam pemerintahan kerajaan Riau, lantaran selain memegang regalia (alat-alat kebesaran kerajaan) dia ialah permaisuri Sultan Mahmud, dan asisten dari Raja Jaafar - Yang Dipertuan Muda Riau VI.

Sebagai pemegang regalia kerajaan, dia sangatlah memilih dalam penabalan sultan, lantaran penabalan itu haruslah dengan regalia kerajaan. Engku putri pernah pula melaksanakan perjalanan ke beberapa daerah lain, ibarat ke Sukadana, Mempawah dan lain-lain untuk mempererat tali persaudaraan antara kerajaan Riau dengan kerajaan yang dikunjunginya.

Tokoh ternama dari kerajaan Riau ini mangkat di pulau Penyengat bulan Juli tahun 1884.


Mesjid Raya Sultan Riau

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Mesjid yang menjadi pujian orang Melayu Riau ini didirikan pada tanggal 1 Syawal 1249 H (1832 M) atas prakarsa Raja Abdurrahman, Yang Dipertuan Muda Riau VII. Bangunan mesjid ini seluruhnya terbuat dari beton, berukuran 18 x 19,80 meter. Di cuilan dalam ruang utama terdapat empat buah tiang utama. Pada keempat sudut bangunan berdiri empat buah menara, sedangkan atapnya terdiri dari 13 buah kubah yang unik. Cerita masyarakat tempatan menyebutkan,untuk membangun mesjid ini, terutama untuk memperkuat beton kubah, menara dan cuilan tertentu lainnya, dipergunakan materi perekat dari adonan putih telur dan kapur. Pelaksanaan pembangunannya melibatkan seluruh lapisan masyarakat di kerajaan Riau, yang bekerja siang malam secara bergiliran.

Di dalam mesjid ini tersimpan pula kitab-kitab kuno (terutama yang menyangkut agama Islam) yang dulunya menjadi koleksi perpustakaan didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI Ahmadi,Yang Dipertuan Muda Riau X. Benda lain yang menarik dan terdapat dalam mesjid ini ialah mimbarnya yang indah, serta kitab suci AI Qur'an goresan pena tangan.


Bekas Gedung Tabib Kerajaan

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Sisa gedung Engku Haji Daud ini hanya berupa empat bidang dinding tembok dengan beberapa buah rangka pintu dan jendela. Gedung ini dahulu dikenal dengan sebutan Gedung Engku Haji Daud atau Gedung Tabib Kerajaan, lantaran dia ialah Tabib Kerajaan Riau. Bekas gedung ini banyak menarik pengunjung lantaran disamping peninggalan sejarah juga terletak di tengah kediaman ramai.


Makam Raja Haji

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Raja Haji-Yang Dipertuan Muda Riau IV-adalah jagoan Melayu yang amat termashur. Beliau berperang melawan penjajah Belanda semenjak berusia muda hingga final hayatnya dalam peperangan hebat di Tetuk Ketapang tahun 1784.

Raja Haji yang hidup antara tahun 1727-1784 itu telah menandakan dirinya sebagai pemimpin, hulubalang dan ulama. Para penulis sejarah mencatat, terutama pada tahun 1782-1784 cukup kuat terhadap stabilitas sosial politik dan ekonomi di wilayah Nusantara dan negeri-negeri Belanda yang sangat tergantung terhadap sumber perekonomiannya di Timur.

Pihak Belanda bahkan menganggap bahwa perang yang dipimpin Raja Haji ialah peperangan yang cukup besar dan sempat menggoncangkan kedudukan Belanda di Nusantara. Karena kepahlawanannya itulah, Raja Haji diagungkan masyarakat Melayu, disebut dengan gelar Raja Haji Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang.

Ketika dia mangkat dalam peperangan hebat di Teluk Ketapang, jenazahnya kemudian dibawa ke Malaka dan dikebumikan disana. Baru beberapa tahun kemudian mayat dia dibawa ke pulau Penyengat dan disemayamkan dalam makam yang terletak di Bukit Selatan pulau Penyengat, bersebelahan dengan makam Habib Syekh, seorang ulama terkemuka di kerajaan Riau-Lingga.


Makam Raja Jaafar

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Raja Jaafar - Yang Dipertuan Muda Riau VI - ialah putra Raja Haji Sahid Fisabilillah Marhum Teluk Ketapang. Raja Jaafar menjadi Yang Dipertuan Muda Riau VI tahun 1806-1831. Ketika mangkatnya digelar Marhum Kampung Ladi.

Kompleks makam almarhum Raja Jaafar seluruhnya dibentuk dari beton, indah dan kokoh. Pada makam ini terdapat pilar-pilar, kubah-kubah dari beton yang dihiasi ornamen yang menarik. Di luar cungkup makam ini, dalam kompleks makam terdapat pula kolam air yang dilengkapi tangga kerikil tempat berwuduk. Di kompleks makam ini terdapat pula makam-makam keluarga darah biru lainnya.


Makam Raja Abdurrakhman

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Raja Abdurrakhman - Yang Dipertuan Muda Riau VII - ketika mangkatnya digelar Marhum Kampung Bulang. Raja Abdurrakhman menjadi Yang Dlpertuan Muda Riau tahun 1832-1844. Beliau populer aktif dalam menggalakkan pembangunan di pulau ini, serta taat beribadah. Salah satu hasil upaya dia yang utama ialah pembangunan Mesjid Raya Penyengat. Karena jasanya itutah, ketika dia meninggal dunia jenazahnya dikebumikan hanya beberapa ratus meter di cuilan belakang mesjid, terdapat pada sebuah lereng bukit.


Bekas Istana Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Bangunan bekas istana Sultan Riau yang terakhir ini hanya berupa puing-puing belaka dahulu. Istana ini disebut Kedaton, dengan lapangan luas di sekitarnya.

Istana ini mulai rusak semenjak Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1833-1911) meninggalkan Penyengat lantaran dimusuhi Belanda, tanggapan perilaku dia menentang pemerintahan Betanda tahun 1911. Beliau segera ke Daik dan bergegas meninggalkan Daik dan untuk selanjutnya bermukim di Singapura hingga final hayatnya. Sejak itu istana ini tinggal terlantar dan kesannya runtuh sama sekali, kini tinggal puingnya.


Bekas Gedung Tengku Bilik

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Bangunan ini bertingkat dua, walaupun sudah rusak tapi bentuk aslinya masih kelihatan. Bentuk bangunannya merupakan ciri-ciri kesukaan para darah biru Melayu final periode XIX, lantaran seni bangunan ibarat itu masih ditemui di Singapura (istana Kampung Gelam), di Johor dan tempat-tempat lain di semenanjung Malaysia. Bangunan ini masih ditempati hingga masa Perang Dunia II dan kini masih menarik pengunjung yang tiba ke pulau Penyengat.

Pemilik gedung ini, yaitu Tengku Bilik, adik sultan Riau terakhir, bersuamikan Tengku Abdul Kadir.


Gudang Mesiu

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Tak seberapa jauh dari Mesjid Raya Penyengat terdapat bangunan kecil yang seluruhnya terbuat dari beton, tampak amatlah kokoh dengan temboknya setebal satu hasta dengan jendela-jendela kecil berjeriji besi.

Sesuai dengan namanya, gedung ini dahulunya tempat menyimpan mesiu, yang oleh penduduk di daerah ini disebut obat bedil. Melihat gedung ini akan memberi bayangan betapa siapnya kerajaan Riau - Lingga dalam menentang penjajahan di negerinya.

Dahulu, berdasarkan dongeng tempatan, di pulau ini terdapat empat buah gedung tempat menyimpan mesiu dan kini hanya tinggal satu ini.


Kubu Dan Parit Pertahanan

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Di Penyengat terdapat kubu dan parit pertahanan kerajaan Riau dalam peperangan melawan Belanda tahun 1782-1784. Kubu-kubu ini terletak di bukit Penggawa, bukit Tengah dan bukit Kursi. Dahulu, kubu-kubu ini seluruhnya dilengkapi dengan meriam dalam aneka macam ukuran. Bagi para wisatawan yang berkunjung, kubu ini amatlah menarik, lantaran selain mengandung nilai sejarah juga pemandangan alam dari kubu-kubu ini sangat indah pula.


Daik (Bekas Pusat Kerajaan Riau Lingga)

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Daik, dahulunya hampir selama seratus tahun menjadt sentra kerajaan Riau-Lingga, kini menjadi ibu kota Kecamatan Lingga, Kabupaten Kepulauan Riau.

Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya sanggup dilalui bahtera atau kapal motor di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik mengering dan tak sanggup dilalui. Perhubungan lainnya ialah melalui jalan darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari sana melalui sungai itu terus ke muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga, berseberangan dengan Senayang.

Selama seratus tahun Daik menjadi sentra kerajaan, tentulah terdapat aneka macam peninggalan sejarah dan sebagainya. Raja-raja kerajaan Riau-Lingga yang memerintah kerajaan selama periode sentra kerajaan di Daik Lingga yaitu : Sultan Abdurakhman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad Syah (1832-1841), Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857), Sultan Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-1883) dan Sultan Abdurrakhman Muazzam Syah (1883-1911).


Balai Adat Indra Perkasa

Lokasi : Pulau Penyengat, Kecamatan Tanjungpinang Barat
Kabupaten : Kepulauan Riau

Gedung dengan arsitektur tradisional Melayu Kepulauan ini dijadikan Balai Adat untuk memperagakan aneka macam bentuk upacara budpekerti Melayu. Letaknya di tepi pantai menghadap bahari lepas, amatlah mempesona.

Di dalam gedung ini sanggup dilihat tata ruangan dan beberapa benda kelengkapan budpekerti Resam Melayu atau beberapa atraksi kesenian yang diadakan untuk menghormati tamu tertentu.


Mesjid Jamik Daik

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Mesjid Jamik terletak di kampung Darat, Daik Lingga, dibangun pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Riayat Syah (1761-1812) pada masa awal dia memindahkan sentra kerajaan dari Bintan ke Lingga. Sumber tempatan menyebutkan bahwa bangunan mesjid ini dimulai sekitar tahun 1803, dimana bangunan aslinya seluruhnya terbuat dari kayu. Kemudian sehabis Mesjid Penyengat selesai dibangun, maka bangunan Mesjid Jamik ini dirombak dan dibangun lagi dari beton.

Mesjid ini di dalam ruang utamanya tidaklah mempergunakan tiang penyangga kubah atau lotengnya. Pada mimbarnya terdapat goresan pena yang terpahat dalam huruf Arab-Melayu (Jawi), berisi : "Muhammad SAW. Pada 1212 H hari bulan Rabiul Awal kepada hari Isnen menciptakan mimbar di dalam negeri Semarang Tammatulkalam." Tulisan ini memberi petunjuk, bahwa mimbar yang indah ini dibentuk di Semarang, Jawa Tengah dengan memasukan motif-motif gesekan tradisional Melayu.


Bekas Istana Damnah

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Yang tersisa dari bangunan yang dahulunya sangat megah ini hanyalah tangga muka, tiang-tiang dari sebahagian tembok pagarnya yang seluruhnya terbuat dari beton. Sekarang puing istana ini terletak dalam hutan belantara yang disebut kampung Damnah.

Istana Damnah didirikan oleh Raja Muhammad Yusuf AI-Ahmadi, Yang Dipertuan Muda Riau X (1857-1899). Dalam tahun 1860 olehnya didirikan istana Damnah untuk kediaman Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah II, dimana sebelumnya Sultan ini di Istana Kota Baru tak berjauhan dari pabrik sagu yang didirikannya.


Gedung Bilik 44

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Yang disebut gedung bilik 44 ialah pondasi gedung yang akan dibangun oleh Sultan Mahmud Muzafar Syah. Gedung ini gres dikerjakan pondasinya saja lantaran Sultan keburu dipecat Belanda tahun 1812. Lokasinya terletak di lereng gunung Daik.

Walaupun gedung ini belum sempat berdiri, tetapi dari pondasinya yang berjumlah 44 itu sudah sanggup kita bayangkan betapa besarnya minat Sultan Mahmud untuk membangun negerinya. Di gedung ini, berdasarkan rencana Sultan akan ditempatkan para pengrajin yang ada di kerajaan Riau-Lingga, supaya mereka sanggup bekerja lebih hening serta menyebarkan keahliannya. Namun harapan Sultan Mahmud terkandas oleh penjajah asing.


Kubu Pertahanan

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Daik sebagai sentra kerajaan Riau-Lingga tentulah memerlukan pengawalan ketat. Perairan selat Malaka yang masa silam selalu ramai dengan desingan peluru dan asap mesiu. Untuk menjaga aneka macam kemungkinan dalam pertempuran, di Daik Lingga dan sekitarnya didirikan kubu-kubu yang kokoh dengan persenjataan lengkap berdasarkan keadaan zamannya, yang terdapat di pulau Mepar, Kubu Bukit Ceneng dan Kubu Kuala Daik.


Makam Bukit Cengkeh

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Di Bukit Cengkeh, Daik, terdapat kompleks makam raja-raja Riau-Lingga. Bangunan ini dulunya amat indah, bentuknya segi delapan dengan kubah bergaya arsitektur Turki. Kini makam ini sudah runtuh, yang tersisa hanya sebagian dindingnya dan pagar beton kelilingnya. Di kompleks makam ini terdapat pusara : Sultan Abdurrakhman Syah (1812-1832), beberapa anggota keluarga kerajaan Riau-Lingga. Makam ini tidaklah sulit dicapai lantaran terletak di pinggir jalan raya, di atas Bukit Cengkeh yang indah pemandangannya.


Makam Merah

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Disebut makam merah lantaran warna cat bangunannya merah, tiangnya terbuat dari besi, pagarnya dari besi dan atapnya seng tebal. Makam ini tidak berdinding dan atapnya berbentuk segi empat melingkari makam. Makam ini letaknya tidaklah berapa jauh dari bekas istana Damnah.

Makam ini populer bukanlah lantaran bangunan makamnya, tetapi lantaran yang dimakamkan disini ialah Raja Muhammad Yusuf Yang Dipertuan Muda Riau X.


Rumah Datuk Laksemana Daik

Lokasi : Kecamatan Lingga
Kabupaten : Kepulauan Riau

Bangunan bau tanah ini terletak di kampung Bugis, berbentuk limas penuh. Rumah ini selain pernah ditempati oleh Datuk Laksemana Daik,pernah pula ditempati oleh Datuk Kaya pulau Mepar, lantaran dia ini menantu Datuk Laksemana. Rumah ini masih agak baik dan ditempati oleh keluarga Datuk Laksemana dan Datuk Kaya Daik.

Di rumah ini masih tersimpan sisa-sisa benda milik Datuk Laksemana dan Datuk Kaya, ibarat : beberapa jenis pakatan kebesaran Datuk Kaya dan Datuk Laksemana, benda-benda upacara adat, motifmotif tenunan, batik, ukiran-ukiran dan sebagainya.


Museum Kandil Kemilau Emas

Lokasi : Pulau Belimbing Kecamatan Bangkinang
Kabupaten : Kampar

Musium ini resminya gres pada tanggal 22 Mei 1988 berada di pulau Belimbing Kuok Bangkinang. Musium ini ialah sebuah rumah berbentuk rumah Adat Lima Koto Kampar yang dibangun sekitar tahun 1900 oleh almarhum Haji Hamid. Kini dalam musium ini tersimpan aneka macam barang antik koleksi yang mempunyai nilai sejarah ibarat : Barang tembikar, Alat Pertukangan, Alat Pertanian, Alat-alat penangkap ikan, alat-alat kesenian, Alat-alat pelaminan, Alat-alat perdagangan, Alat pesta dan lain-lain.

Disamping alat-alat tersebut tersimpan pula dayung bahtera dagang terbuat dari kayu yang sangat kuat berasal dari periode ke 18, serta sebuah kompas yang terbuat dari bambu yang dibentuk oleh bangsa China lantaran angka-angka yang tertulis pada kompas tersebut ditulis dalam huruf China.

Ada dua ratus lima puluh (250) macam barang antik koleksi musium Kandil Kemilau Emas yang semuanya merupakan koleksi warisan yang telah turun temurun sebagai barang pusaka.


Makam Sultan Mahmus Syah 1

Lokasi : Kecamatan Bunut
Kabupaten : Kampar

Sultan Mahmud Syah I ialah Raja Malaka terakhir lantaran pertempuran dengan Potugis tahun 1509 hingga tahun 1526 dia beserta sisa-sia pasukan gabungan mengundurkan diri ke Pekantua Sungai Kampar.

Setelah berperang Sultan Mahmud Syah dinobatkan menjadi Raja Pekantua Kampar hingga mangkat tahun 1528 digelar dengan Marhum Kampar, dimakamkan di Pekantua Kampar. Makamnya terletak di Desa Tolam, kecamatan Bunut dan sanggup dicapai dengan kenderaan kapal motor atau speedboad.

Mengunjungi makam sultan ini sekaligus sanggup melihat beberapa peninggalan sejarah lainnya ibarat meriam kuno, makam Raja-raja Pelalawan, bekas peninggalan sejarah di Nasi-nasi Tolam dan sebagainya.


Makam Syekh Burhanuddin
Lokasi : Kecamatan Kampar Kiri
Kabupaten : Daerah Tingkat II Kampar

Almarhum Syekh Burhanuddin ialah salah seorang penyebar Agama Islam, makamnya terletak di Kuntu Lipat Kain Kabupaten Kampar. Tempat ini banyak menerima kunjungan terutama pada hari besar Islam dan menjelang bulan Ramadhan tiba.


Candi Muara Takus

Lokasi : Kecamatan XIII Koto
Kabupaten : Kampar

Kompleks candi ini terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan sentra desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan.

Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampal ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan candi Tua, candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka. Bahan bangunan candi terdiri dari : kerikil pasir, kerikil sungai dan. kerikil bata. Menurut sumber tempatan, kerikil bata untuk bangunan ini dibentuk di desa Pongkai, sebuah desa yang terletak di sebelah hilir kompleks candi. Bekas galian tanah untuk kerikil bata itu hingga ketika ini dianggap sebagai tempat yang sangat dihormati penduduk. Untuk membawa kerikil bata ke tempat candi, dilakukan secara beranting dari tangan ke tangan. Cerita ini walaupun belum niscaya kebenarannya menawarkan citra bahwa pembangunan candi itu secara bergotong royong dan dilakukan oleh orang ramai.

Selain dari candi Tua, candi Bungsu, Mahligai Stupa dan Palangka, di dalam kompleks candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Diluar kompleks ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari kerikil bata, yang belum sanggup dipastikan jenis bangunannya.

Kompleks candi Muara Takus, satu-satunya peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat budhistis ini merupakan bukti pernahnya agama Budha berkembang di daerah ini beberapa periode yang silam. Kendatipun demikian, para pakar purbakala belum sanggup memilih secara niscaya kapan candi ini didirikan. Ada yang menyampaikan periode kesebelas, ada yang menyampaikan periode keempat, periode ketujuh, periode kesembilan dan sebagainya. Tapi terang kompleks candi ini merupakan peninggalan sejarah masa silam.


Benteng Tujuh Lapis

Lokasi : Kecamatan Tambusai
Kabupaten : Kampar

Benteng Tujuh Lapis sebagai peninggalan sejarah masa lampau terdapat di Dalu Dalu, Kecamatan Tambusai. Benteng ini dibentuk untuk pertahanan melawan penjajahan oleh masyarakat di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, dan khasnya Benteng Tujuh Lapis terbuat dari bambu.

Dengan nilai usaha yang menempel pada benteng ini, menjadikannya sebagai salah satu objek wisata budaya dan peninggalan sejarah usaha masyarakat Riau menentang penjajahan.


Bekas Tambang Emas Logas

Lokasi : Muara Lembu, Kecamatan Sengingi
Kabupaten : Indragiri Hulu

Logas dengan bekas rel kereta api dan lokomotif dengan keadaan rusak di hutan merupakan objek wisata yang telah menerima kunjungan wisatawan mancanegara, terutama wisatawan dari Jepang dan Belanda dengan motivasi nostalgia. Disamping itu, Logas dikenal juga sebagai tempat kerja paksa dan pembuangan bagi tawanan-tawanan serdadu Jepang yang pernah menjajah Indonesia.

Tambang emas Logas pernah didirikan pada masa penjajahan Belanda, dan pada masa penjajahan Jepang perusahaan itu diambil alih oleh Jepang hingga Indonesia merdeka tahun 1945.


Mesjid Tua Pangean

Lokasi : Kecamatan Kuantan Hilir
Kabupaten : Indragiri Hulu

Di Pangean terdapat sebuah mesjid bau tanah yang mempunyai nilai arsitektur yang tinggi dan termasuk sebagai peninggalan sejarah masyarakat setempat. Kubah-kubah yang bertingkat dan bangunannya mempunyai nilai yang penuh makna.


Komplek Makam Sultan Indragiri

Lokasi : Kecamatan Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu

Tempat yang merupakan kompleks makam keturunan sultan Indragiri ini terdapat di Kota Lama. Disamping itu, makam sultan Indragiri berada dalam kompleks Mesjid Raya Rengat dengan beberapa makam lainnya yang terawat dengan rapi dan baik.


Rumah Tinggi Kerajaan

Lokasi : Kecamatan Rengat
Kabupaten : Indragiri Hulu

Rumah Tinggi kerajaan ini merupakan salah satu peninggalan kerajaan Indragiri, terletak di Rengat, ibukota Kabupaten Indragiri Hulu. Memang ketika ini keadaannya masih sederhana dan isinyapun yang merupakan koleksi peninggalan kerajaan belum terkumpul disana.


Batu Ujung

Lokasi : Kecamatan Kuantan Tengah
Kabupaten : Indragiri Hulu

Batu Ujung meropakan objek wlsata budaya sebagai peninggalan sejarah yang terdapat di Kecamatan Kuantan Tengah.


Makam Putri Tujuh

Lokasi : Kecamatan Keritang
Kabupaten : Indragiri Hilir

Makam Putri Tujuh terletak di Kecamatan Keritang. Putri Tujuh berdasarkan dongeng masyarakat ialah sebuah makam yang di dalamnya terkubur 7 (tujuh) orang putri yang ditanam hidup-hidup dikarenakan telah memfitnah anak raja Keritang.


Makam Keramat
Lokasi : Kecamatan Gaung Anak Serka
Kabupaten : Indragiri Hilir

Di Kecamatan Gaung Anak Serka terdapat makam-makam keramat yang banyak dikunjungi masyarakat untuk berziarah membayar nazar, terutama menjelang atau pada hari-hari besar Islam. Makam-makam keramat itu, ibarat makam Syekh Ibrahim Teluk Sungkah yang meninggal tahun 1858, makam Panglima Hitam dan makam Nik Gawang.


Kolam Raja

Lokasi : Kecamatan Kateman
Kabupaten : Indragiri Hilir

Kolam Raja sebagai peninggalan sejarah ibarat danau alam yang dimanfaatkan penduduk setempat untuk sumber air minum. Kolam ini layak untuk dikembangkan sebagai tempat rekreasi dan pemandian lantaran juga mempunyai pemandangan yang indah sehingga menciptakan betah sambil bersantai.

Kolam Raja terletak kurang lebih 1 kilometer dari Guntung, Kecamatan Kateman, Kabupaten Daerah Tingkat II Indragiri Hilir

Sumber : http://riauprov.go.id
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2